Tempe penyet ini tersedia di daerah sepanjang jalan karangmenjangan. Saya selalu kesini saat tahun kedua saya bersekolah di FE UNAIR. Warung langganan saya ini namanya Nasi Tempe Penyet Cak Sobleh. Berada di Karangmenjangan emperan trotoar depan PMI Surabaya. Hanya buka malam hari, mulai pukul 17.00 WIB sampai habis. Sebenarnya sudah mulai menata warungnya sejak ba'da ashar, namun proses preparation programme memang butuh waktu lama. Nah, pukul 17.00 WIB, kita baru bisa mendapatkan pelayanan prima. hehehehehe... Habis stoknya juga belum tentu, kadang jam 01.00 WIB dinihari, kalau laris, jam 23.00 WIB pun sudah tutup.
Kontingen alias kru disini ada 4 orang. Sementara ini bernama : Zaenal, Zaki,... dan...??? Ah... lupa.. Mengapa saya sebut sementara? Menurut pengakuan sepupuku Radiyya, sejak dia mahasiswa baru hingga hampir lulus dan menagajak saya kesana, dia sudah memantau bahwa para kru Sobleh sudah berganti ’kepemimpinan’ sebanyak lima kali. Hmmm... tingkat turn over karyawannya tinggi juga ternyata. Dan sekarang pun, saya tidak lagi mengenali kru yang ada disana, karena sudah ganti!!!!
Kira-kira mulai tahun 2006 akhir saya pertama kali makan di tempat ini. Sepupuku Radiyya, yang sudah meracuniku untuk keranjingan makan disana. Lama kelamaan teman-teman saya semakin banyak, karena mulai masuk dalam kehidupan kampus. Tak jarang mereka pun ikut saya ajak kesana dan mereka pun mengajak teman-temannya. Semakin lama semakin luas dan semua itu hanya karena ajakan teman ini itu. Hmm... words of mouth dan customer experience ternyata besar juga ya pengaruhnya.
Ngomong-ngomong, jangan lupa waspada dengan hewan satu ini. Sayang sekali, hewan ini kadang datang dan pergi tanpa pemberitahuan. Bagi orang yang alergi atau geli dengan hewan satu ini harus lebih waspada dibanding sebelumnya ya, karena hewan ini kadang suka menempel-nempelkan badannya di kaki kita. Memang terkadang jadi risih juga...
Tapi yang paling menjengkelkan adalah pengemis dan pengamen yang datang silih berganti. Mereka akan datang dengan mengamen dan sangat mengganggu kenyamanan kita. Selain itu pengemis yang datang memelas-melas lemas, setelah ditolak maka akan segera pergi dengan sigap. AJAIB!!!!
Satu yang harus disyukuri, pengamen dan pengemis ini perilakunya masih dalam level yang tidak memaksa, jadi masih syukur. Daripada di parkiran Tunjungan Center dan Makan Bebek di SMA Kompleks, wiiih... pengemisnya maksa gawattttt.
Sebenarnya tempat ini kurang tepat disebut tempe penyet juga sih, soalnya tempenya nggakdipenyet dan strukturnya emang sudah penyet seperti lempengan. Bentuknya leper dengan kedelai yang aduhai. Menurut para kru Sobleh, suplai tempe mereka didapat dari Pasar Keputran dan Pasar Manyar. Sekarang, Pasar Keputran sudah hampir digusur dan direlokasi diPIOS yang nun jauh di tambak Oso Wilangun, sebuah tempat di area kota Surabaya, tapi hampir menyentuh Kabupaten Gresik. Pasar Manyar...? entahlah, mungkin sebentar lagi juga direlokasi total, meski jalannya sudah bagus dan diperbaiki.
Beberapa tetangga cak Sobleh, misalnya CJDW (Baca : Seje Dewe, artinya lain daripada yang lain), Pak Gendut, dll. Asal tahu saja, inilah uniknya Jalan Karangmenjangan. Hampir seluruh penjual menjual makanan yang serupa dalam satu deret, harga yang serupa, sambel serupa, serupa-serupa semua deh.. Dan jualnya cuman malam hari. Siang tutup karena digunakan kuliah atau kantor. Pokoknya kalau istilah ekonominya ”Pasar Persaingan sempurna” deh. Harganya pun sangat terjangkau. ”Yang penting pelanggan kenyang,” kata mas Zaenal selaku salah satu kru Cak Sobleh. Misalnya, tiap tempe dihargai Rp.500,- begitu pula dengan terong dan tahu. Nasi hanya Rp.2000,-.
Ada juga menu pilihan yang lain, misalnya Ayam goreng, Ikan Pe, tengiri,
sate usus dan sate rempelo yang sangat cocok untuk fear factor orang barat
Telur dadar maupun telur ceplok, lIkan Asin, Lele, dan ikan asin.
Yang tidak tersedia hanya bebek. Nah, kalau mau bebek, harus ke tempe penyet Airlangga di sebelah sobleh.
Minumannya juga wajar, es teh, teh hangat, es jeruk, jeruk hangat... sesuai selera. Dan kalau mau yang agak mewah sedikit, bisa dipesankan Bubur Kacang Hijau yang ada di sebelah warung Sobleh.
Sambelnya bagi sebagian orang cukup pedas, bagi sebagian yang lain samasekali tidak. Entahlah, yang pasti tergantung lidah Anda menyikapinya dan rasa sambel ini khas. Kalau terlalu pedas colek sedikit saja, kalau kurang pedas dan sambel sudah habis, minta lagi juga boleh. Gratis. Tapi kalau saya pribadi, setelah makan banyak sambel Sobleh (dan teman sejenisnya alias tetangganya), istilah Jermannya adalah druchtfallhaben...
Sambel ini, konon diracik oleh Cak Sobleh dan kawan-kawan di pagi hari. Setelah berbelanja di pasar dan para kru telah bangkit dari tidurnya karena semalam habis begadang menjaga stan Sobleh. Cieee....
Sambel ini, konon diracik oleh Cak Sobleh dan kawan-kawan di pagi hari. Setelah berbelanja di pasar dan para kru telah bangkit dari tidurnya karena semalam habis begadang menjaga stan Sobleh. Cieee....
Service Encounternya juga unik. Service Encounter adalah saat adanya kontak antara penjual dan pembeli. Ketika datang, Anda harus sebutkan makan ditempat atau dibungkus, kemudian berapa piring nasi yang Anda pesan.
Kemudian, Anda disodori piring kosong sebagai tempat lauk dan dipersilakan untuk mengambil dan memilih sendiri lauk yang ada di ’lautan’ lauk yang tersedia, atau kita tinggal tunjuk makanan mana yang Anda inginkan..
Selesai memilih, kemudian berikan piring lauk itu pada kru yang bertugas untuk digoreng kembali supaya menjadi hangat.
Maka salah satu Kru akan segera membuatkan minuman yang anda pesan. Tak jarang minuman datang lebih dahulu daripada makanannya.Duduklah di kursi yang (masih) ada, karena terkadang pembeli membludak dan Anda tidak dapat kursi. Tunggu hidangan tersaji.
Nikmati makanan yang telah anda pesan. Setelah selesai, bayar apa yang telah Anda makan dan pesan. jangan lupa kejujuranlah yang diutamakan, kalau tidak, tanggung sendiri akibatnya.
Setelah bayar, pergi dari tempat itu karena banyak pembeli yang telah menunggu antrian selanjutnya, lalu bertarunglah dengan tukang parkir.
What??? Iya, bertarunglah dengan tukang parkir. Entahlah, tukang parkir di warung Cak Sobleh ini cukup membawa sial. Bagaimana mungkin, dia menarik tarif seribu rupah hanya untuk parkir sepeda motor tanpa ada servis yag memadai sekedar membantu menarikkan motor mundur kebelakanng atau membantu memberikan jalan pada kita yang ingin tancap gas. Saat diminta karcis, dia tidak bisa menunjukkannya dan dia sendiri hanya memakai rompi tukang parkir yang bukan dari kota Surabaya??? ILEGAL!!!! Dia mem akai rompi BOJONEGORO!!! PUNGLI PUNGLI PUNGLI!!!!!!!! Oke, bertarunglah dengan tukang parkir. Saya sendiri muak melihatnya. Huh. Saya harap Pemerinta Kota Surabaya yang katanya hebat itu bisa membasmi orang-orang seperti ini. HuuuuuuhHhh!!!!!!
Oke, kembali ke Tempe. Begitu populernya Sobleh, istilah "Nyobleh" juga muncul dari para mahasiswa pelanggan Sobleh yang ingin makan disana. Nyobleh bisa diartikan makan di Sobleh. Nama Sobleh juga didapat dari pemilik warung ini sendiri, Cak Sobleh. Asalnya dari Bojonegoro, dan telah memiliki dua orang anak. Beliau sekarang tinggal di Dharmahusada. Dan konon, cak sobleh dulu juga memulai karirnya dengan menjadi kru di sebuah warung seperti Cak Zainal cs. Selama empat tahun menuntut ilmu di UNAIR (tercinta), belum pernah sekalipun saya berjumpa dengan manusia legendaris ini. Kemudian di akhir studi saat penulisan skripsi, akhirnya saya berjumpa dengannya. Ternyata masih muda sodara-sodara! Tak jauh beda dengan para kru, namun berkulit hitam legam dan tidak banyak omong. Para Kru seakan tersihIr dengan kehadirannya dan tidak se-slengekan biasanya. Hihihihih....... (Maaf, foto yang bersangkutan tidak tersedia, karena saya juga sungkan mau mengambil gambarnya)
Tapi, sempat terdengar kabar miring mengenai Sobleh. Salah satu rekan saya mengatakan bahwa rasa sambel Sobleh baru-baru ini kurang sedap lagi. Masih kalah gurih dibanding warung pas disebelahnya Sobleh, setelah warung Bubur Kacang Ijo. Warung itu punya seseorang yang kemudian dipindahtangankan pada mahasiswa Unair Manajemen 2007, bernama Andhito. Warung Andhito tak jauh beda dengan Sobleh karena semua penjual sederet dengan sobleh menjual menu yang sama dengan tipe yang sama. Yah, persaingan sempurna. Hanya saja mereka memberikan diferensiasi berupa tersedianya menu bebek dan Es Janggelan alias Es Cincau. Selain itu, sambal yang disajikan berupa sambel yang diuleglangsung ditempat, bukan yang telah diracik langsung di markas. Heheheheh... diferensiasi, namanya juga mahasiswa manajemen yang mempraktekkan salah satu strategi kompetisi yang disebutkan oleh Michael Porter. (Waaaaah... Manajemen banget!!!)
Menurut saya, makin gurih berarti makin banyak vetsin (meski Sobleh juga tak menyangkal memakai vetsin siih...). Dan vetsin sangat tidak bagus untuk tubuh dan membodohkan bangsa. Tapi belum tentu juga siiih... belum pasti juga, yang mana yang pakai vetsin lebih banyak. Ini Cuma opini saja, ngarang dan tidak ada bukti maupun landasan hukumnya. Jadi pikirkan dengan obyektif ya.
Yang pasti, kalau di warungnya Andhito, anda bisa request, ”Nggak pake micin ya maaaaaass...” gitu... karena anda bisa minta sambel yang diueg di tempat. Pada dasarnya vetsin itu hanya sebagai penyedap rasa. ”Kalo nggak pake itu nggak enak”, hoey, kata siapa??? Enak mana makan enak tapi bodoh selamanya atau makan sehat dan berumur panjang (dan barokah)??? Karena semakin banyak vetsin makin buruk bagi otak dan kesehatan. (Bahaya Vetsin, Soon). Sebenarnya rasa yang didapatkan akan sama, asal menambah takaran bawang, gula dan garam yang tepat. Lebih enak dan sehat. Namun namanya orang ambil instannya, jadi langsung aja masukkan vetsin yang beracun itu. Hiiiiiyy...
Intinya adalah, terserah Anda mau memilih warung yang mana yang akan memuaskan perut Anda, semua sama saja. Sebagai mahasiswa marketing, inilah fenomena yang unik, Customer Loyality pada produk low involvement. Maksud low involvement disini karena murah dan mudah didapat. Tapi bagi para akademisi dan medis, mungkinhigh involvement ya, karena perlu pertimbangan gizi dan lain-lain.
Yaah… semua tergantung sudut pandang mana yang menilai. Customer Loyalty maksudnya, kemanakah Anda Loyal dan setia pada suatu warung, disitulah seringnya Anda akan membeli. Anda hanya akan switch karena terjadi kemungkinan service fault yang (mungkin) menimbulkan dendam pribadi dalam diri Anda (tapi kemungkinannya kecil), warung yang Anda datangi biasanya sedang tutup alias tidak jualan sehingga pindah ke tetangganya, atau… warungnya sudah digusur.
Customer Loyalty timbul karena penjual mematok semua harganya sama dan yang dijual sama, sedangkan lokasi tiap warung, experience dan keterikatan antar penjual dan pelanggan berbeda. Perbedaan inilah yang menjadi dasar kesetiaan konsumen di warung nasi tempe penyet dan sego sambel karangmenjangan. Itulah mengapa menurut penuturan Mas Zainal, mereka selalu berusaha melayani pelanggan dengan ramah, ceria dan riang.
Sebagai penggila Sobleh, Loyalitas saya bicara. Saya sarankan Anda kesana saja, Warung Tempe Penyet Cak Sobleh. Sebagai mahasiswa Manajemen UNAIR yang juga 2007, saya sarankan anda ke warung Andhito yang dapat diakses di Tempe Penyet Airlangga. Nah, pilih yang mana????
Namanya juga words of mouth. Hehehehe....
Menu makanan disini hampir sama dengan deretan warung tempe penyet sejenis yang menjadi tetangga Cak Sobleh.
wahh....kelihatannya mantab banget ini~
BalasHapus